Jumat, 14 Maret 2014

Asal Muasal Kasturi



Sering kita mendengar atau pernah mendengarnya tetapi tidak pernah tahu apa dan dari mana asal-usulnya. Itulah kasturi. Apa saja haruman, wangian dan kebaikan yang dikaitkan dengan kasturi..? 






                                Inilah rupa bentuk kijang yang menghasilkan kasturi.



                             Ini pula rupa bentuk kasturi yang masih dalam sarungnya:



                                          Kasturi bila dikeluarkan dari sarungnya:

Anugerah Kijang Jantan
 
Kasturi bertindak sebagai penyebar keharuman selain dipercayai mempunyai kelebihan dalam dunia perobatan tradisional. Ia merupakan entiti paling berharga yang didatangkan dari tubuh kijang jantan.

'Bahwa dinding-dinding syurga itu batu-bata dari perak dan emas. Tanahnya pohon kimkuma (Za'faran) dan buminya kasturi.' Mengamati petikan hadis riwayat Al-Bazzar ini membayangkan kepada kita betapa harumnya kasturi itu sudah lama disebut dan disampaikan dari mulut ke mulut.

Sekian lama merentangi latar zaman, waktu dan masyarakat, rahasia kehebatan kasturi terus diperbincangkan. Hingga apa saja yang berbau harum dikaitkan dengan kasturi
Ungkapan 'seharum kasturi' juga mudah ditemui dalam bait puisi turun-temurun, lirik lagu cinta dan juga kata-kata romantis.

Namun, sejauh manakah kita mengetahui dari mana datangnya bahan yang istimewa ini? Bagi yang keliru, kasturi berasal ekstrak pati bunga, buah-buahan atau kulit kayu, sebagai mana dalam industri pembuatan minyak wangi.

Sebenarnya, istilah kasturi (bahasa Inggris: musk) merujuk pada kandungan yang terdapat dalam bibit kelenjar kijang jantan. Walaupun kerap ditemukan di bagian antara perut dan genital, bukan hal yang aneh kasturi juga tumbuh di bagian-bagian lain hewan tersebut, seperti di leher, badan atas dan juga kepala. Apabila tertanggal atau dipotong dari tubuh kijang tersebut, bibit kasturi yang mengering membuatkan kandungan berwarna merah berubah menjadi hitam dan keras.Jika ditekan kuat atau diketuk, butiran kecil akan keluar dari dalamnya dan bahan itulah yang dicampur bersama minyak atau ekstrak wangian beralkohol.

"Sejak ratusan tahun lalu, kasturi digunakan dalam pembuatan wangi-wangian. Kasturi juga bertindak sebagai penyebar harum selain dipercayai menjadikan bau harum lebih tahan lama. "Pendek kata, kasturi merupakan produk hewan yang paling berharga dan hewan tertentu saja yang menghasilkannya," ujar penjual Tarmizi Yusuff  35, yang ditemui di bazar Jalan Masjid India, Kuala Lumpur. Menurutnya, dalam dunia ini, hanya terdapat lima jenis hewan yang menghasilkan kasturi yaitu kijang jantan, lembu, musang, kura-kura dan tikus. Paling populer adalah kasturi kijang jantan yang hidup di pegunungan Himalaya.

"Bukan tikus yang sering kita jumpai di lorong dan gang, tapi jenis tikus yang besar ukurannya," ujarnya. Tidak terbayang penulis mengerutkan dahi membayangkan haruman dikaitkan dengan makhluk yang gemar habitat kotor itu. Yang dimaksudkan adalah rodensia besar seperti memerang yaitu tikus muskrat (Ondatra zibethicus). Sebiji 'kantung' kasturi yang ukurannya kurang lebih sebesar bola pingpong.  

Warga Bangladesh dan Pakistan yang membelinya untuk dimakan karena dipercaya mempunyai khasiat perobatan. Dalam bidang perobatan tradisional Cina, kasturi dipercayai mampu mengembalikan kesadaran seseorang yang pingsan, melancarkan peredaran darah, merangsang melancarkan darah haid, mengurangi bengkak dan meredakan sakit.

Dikarenakan spesies kijang yang menghasilkan kasturi sukar ditemui, Ilmuwan Cina beralih kepada sains dan teknologi untuk mengembangkan potensi perobatan. Upaya yang dilakukan dengan peternakan artifisial mamalia dengan mengekstrak bibit kasturi tanpa perlu membunuh kijang. Pengambilan bibit kelenjar itu secara berkala menggalakkan penghasilan kasturi sekaligus mendorong upaya reproduksinya.
 
Kasturi diangkat sebagai penawar ajaib di kalangan masyarakat konvensional di Nepal, Pakistan, Siberia dan Mongolia. Di India, penggunaan kasturi telah lama dikenal dalam ilmu pengobatan Ayurveda. Kononnya, kasturi mampu meredakan penyakit asma, ekzema, demam, sakit. Bagaimanapun, kajian ilmiah masih tetap dikaji mengenai anggapan tersebut.

1 komentar: